CERPEN : RAMALAN dan LAMARAN

by Iman Tumorang , at 1:17 PM , have 0 comments
RAMALAN dan LAMARAN
By : Hans O

Pukul 22.10 aku dan teman sekelompok ku telah selesai berdiskusi mengenai Global Warming, dan kami pun pulang ke rumah masing-masing. Aku dibonceng Rahman dengan motornya agar lebih cepat sampai di rumah. Tiba di depan rumah, sesuatu yang bercahaya muncul dari langit bagian selatan. Besar dan terang sekali benda itu. Benda itu adalah sebuah meteor dan benda itu bergerak menuju sekolah dengan sangat cepat. Lalu dengan keras, meteor itu menabrak sebuah gedung pencakar langit yang ada di depan sekolah.
“KABOOMM..!!”
Dahsyat sekali suaranya. Ledakan yang dihasilkan pun sangat besar. Tak banyak rumah yang hancur karena dahsyatnya ledakan meteor itu. Aku terdiam selama beberapa saat. Jantungku berdegup kencang karena peristiwa itu. Tiba-tiba Rahman mengguncang-guncang badan ku dan berteriak sambil menunjuk kea rah sebuah batu besar yang terlempar ke arah kami.
“AWAS RIISSSS….!!!!!”
BRUKK..
 Aduh sakit sekali, kubuka mataku dan kudapati diriku berada di lantai. Ternyata aku baru jatuh dari tempat tidur dan semua yang kualami tadi cuma mimpi.
“Hufft, Untung cuma mimpi.” pikirku sambil memberesi tempat tidur.
Tok tok tok..
Terdengar bunyi pintu kamarku diketuk.
“Oi Haris, mandi kau! Dah jam berapa sekarang ini. Gak sekolah kau??” kata seorang gadis kecil dari luar kamar.
“Iya iya ahh..” jawabku sambil mengucek-ngucek mataku.
Namaku Haris. Aku orang yang jarang sekali menikmati hidupku. Banyak sekali kesialan yang datang ke hidupku.
“Apa salahku, apa salah ibuku, hidupku dirundung pilu…”kunyanyikan lirik itu sambil aku mandi.
Selesai mandi, berganti pakaian, sarapan lalu berangkat sekolah. Hal yang tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang. Membosankan.
Di perjalanan ke sekolah, aku melihat ke atas sambil membayangkan mimpiku tadi. Meteor yang menabrak gedung pencakar langit di dekat sekolah. Lalu aku berpikir,”Darimana jalannya ada gedung pencakar langit di Sidikalang ini?” Aku tertawa kecil membayangkan hal itu.
“CPRAATTT..” Tiba-tiba mobil melintas di genangan air di dekatku. Celana sekolahku basah setengah. Supir mobil itu melongokkan kepalanya dari jendela mobil dan berteriak, “WOI, PERHATIKAN JALANMU!! JANGAN CUMA MENGKHAYAL..”
“Sialan. Aku korban, kok aku pula yang dimarahi?” kutahankan marahku dan kukibas-kibaskan celanaku yang basah. “Kapan aku berubah menjadi orang yang beruntung?”
“Weiss, datang coker. Cowok keren. Tapi muka cokernya lagi cemberut. Lagi galau mungkin yah?” kata Mardin, teman sekelasku.
“Coker apa pula. Kaunya coker. Cowok keriting” balasku.
“Ieuuhhh, pagi-pagi udah berkelahi 2 coker. Cowok kerempeng versus cowok keriting. Ini nahh, sapu kelas kita ini!” kata Advent, sekretaris kelas sambil menyodorkan sapu ke arah kami.






“Aduh, gimana lah ya kan. Udah mandi aku. Nanti kotor tanganku, ga higienis lagi.” Jawabku.
“Ah aku juga gitu lah. Nanti kusut bajuku. Dari Paris ini loh” sambung Mardin.
“Hueekk, Paris apaan. Yaudah kalau gamau nyapu, gapapa. Tapi jangan salahkan aku kalau kalian kuadukan sama ibu JM ya!” ancam Advent. Dia mengambil sapu-sapu itu lagi dan mulai berjalan menjauhi kami.
Membayangkan wajah ibu JM yang kejam, Mardin langsung menarik tangan Advent dan aku merebut sapu-sapu itu dari tangannya.
“Kami pun yang nyapu, puas??” kata Mardin sambil mulai menyapu lantai bagian belakang. Aku mengikuti dia menyapu.
Bel berbunyi, semua murid masuk ke kelas begitu juga denganku. Kududuki bangku ku dan mulai memukuli meja layaknya seorang drummer professional.
“PLETAKK..” tiba-tiba Rahman, teman semejaku menjitak kepalaku.
“Ribut woe, ga bisa aku konsentrasi membuat contekanku ini.” Katanya sambil menunjukkan sebuah kertas kecil.
“Contekan? Emang ujian apa sekarang yah?” kataku sambil mengusap-usap kepalaku.
“Ujian Agro, dodol! Itu aja gatau.” celetuknya.
“Ujian Agro dodol? Maksudnya? Ujian membuat dodol ya?” tanyaku polos.
“Aduh, stress aku samamu Haris. Maksudku nanti kita ujian Agro.”
“Ciuss? Wah wah wah, bahaya ini.” Kataku sambil mengambil sebuah kertas dari laci dan memulai membuat contekan.
Irwin, artis kelas kami, menghampiri meja kami. Dia mengernyitkan keningnya, memonyongkan bibirnya dan berkata sombong,”Yah, cacat. Masa hari gini membikin contekan? Ga zaman euy. Tirulah gue, nghapal sampe tengah malam. Ga malu kalian udah besar tapi nyontek-nyontek aja kerjanya? Hoohh…”
Merasa tersinggung, Rahman berdiri, memukul meja dengan kedua tangannya dan berkata, ”Aku ya aku. Mau nyontek, mau menjiplak, mau jungkir balik waktu ujian ya terserahku. It’s not your business!!”
Irwin terdiam dan kembali ke bangkunya. Lalu kubisikkan ke telinga Rahman, ”Apa emang arti It’s not your business Man?”
“Heheh, akupun gatau. Dari film nya itu ku tau. Hahaha..”
“Eee, memanglah kau ini.” Kataku sambil ikut tertawa dan melanjutkan contekan kami lagi.
Guru Agro pun masuk dan dimulailah ujian kami. Pada saat ujian, Irwin kedapatan menyontek. Kertas ujiannya ditarik dan langsung diberi nilai nol. Aku tersenyum dan kukatakan ke Rahman, ”Diejeki kita tapi dia pun ternyata gitu, memalukan sekali kan Man.”
Rahman tidak menjawab. Dia asyik dengan contekannya. Aku mengernyitkan keningku, dan kulanjutkan ujianku. Saat istirahat, Irwin meminta maaf kepada kami atas ejekannya tadi.
“Iya iya kami maafkannya.” Kataku.
“Tapi traktir kami ke kantin!” potong Rahman.
Dengan terpaksa, Irwin pun membawa kami ke kantin dan mentraktir kami di sana.
Besoknya, terulang lagi hal membosankan yang sama. Jatuh dari tempat tidur, mandi, sarapan, berangkat ke sekolah, dudk di bangku dan memukul-mukul meja layaknya seorang drummer professional.
“PLETAKK..” lagi-lagi Rahman menjitak kepalaku.
“Ribut woe, ga bisa aku konsentrasi meramal si Irwin ini.”
“Ramalan apaan? Emang kau bisa meramal?”

 “Bisa. Semalam kubaca di internet cara meramal pakai nama. Nanti kau kuramal.” Katanya.
“Oke oke.” Jawabku.
Rahman mengalihkan perhatiannya ke Irwin dan berkata, ”Irwin. Tertarik pada uang dan kekayaan, mempunyai sifat menguasai yang alami, dan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi oran lain.”
“Wah pas semua. Hebat kali kau Man.” Kata Irwin lalu menepuk pundak Rahman.
“Sekarang si Haris. Orangnya pemalas, sial terus, jarang beruntung, aneh tapi unik, berwibawa, kreatif, dan senang mewakilkan pekerjaan.”
“Wah hebat juga kau Man. Betul semua. Gimana cara meramal mu itu? Ajari dulu aku!”
Rahman pun mengajariku tentang ilmu meramalnya itu.
Malamnya, kuambil HP ku dan ku putar musik kesayanganku. Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk.
“Hai Haris, udah makan?” tanyanya. Pesan itu dari Chilya, siswi kelas sebelah yang kusukai.
“Udah, kenapa?” jawabku.
“Ga, Cuma mau tau aja. Hehe”. Katanya begitu.
“Oh begitu. Eh, ada ilmu baru ku loh. Meramal.” Jawabku.
“Meramal? Ilmu apaan itu?” katanya penasaran.
“Ilmu apaan kau bilang? Ilmu gaib. Puas?”
“Hahhh, atut. Hahaha” jawabnya manja.
“Yaudah gausah basa basi lagi. Kamu mau diramal ga?” tanyaku.
“Gamau.”
“Haahh? Jadi, maunya apa?” tanyaku lagi.
Tidak ada balasan. Kucoba lagi dengan mengirim pesan yang sama. Tiba-tiba ada pesan baru.
“Ma, kirim pulsa. Aku lagi di kantor polisi sekarang.”
“Haahh, kirain dari si Chilya. Ternyata dari orang sinting yang sedang kumat gilanya” pikirku. Tiba-tiba datang lagi pesan baru.
“Sisa gratisan anda ke operator lain tinggal 5 lagi. Berlaku di Sumatera, Jawa Tengah dan Bali”
“Aduuuuhhh. Malah sisa gratisan yang datang.” Pikirku lagi. Lalu HP ku berbunyi lagi menandakan ada pesan masuk yang baru. Ternyata dari si Chilya.
 “Mauku bukan diramal, tapi dilamar sama kamu.”
Jantungku berdegup kencang saat membaca ini. Aku terdiam sejenak untuk memikirkan balasan atas smsnya itu. Lima menit kemudian, ku balas smsnya.
“Okeh. Karna kamu gamau diramal, gapapa. Tapi kamu harus mau waktu kulamar jadi pacarku.”
Gigiku gemetaran menunggu sms balasannya.
“Iya Haris, aku mau.” Katanya kemudian.
Sejak saat itu, aku mempunyai pacar baru. Kehidupanku pun berubah total. Keberuntungan mulai bersinggahan ke hidupku. Tetapi satu keberuntungan yang paling kusukai dari semuanya adalah melamar Chilya jadi pacarku.


Hans Onestro Purba
XII IPA 4
CERPEN : RAMALAN dan LAMARAN
CERPEN : RAMALAN dan LAMARAN - written by Iman Tumorang , published at 1:17 PM, categorized as Education , Story (Cerpen) . And have 0 comments
No comment Add a comment
Cancel Reply
GetID
Theme designed by Damzaky - Published by Proyek-Template
Powered by Blogger