“Aku nggak bilang kalau aku suka atau ngak suka padamu
petang. Kau mencoba bersahabat denganku, mencari cela di hatiku. Jujur saja
hadirmu mengusik lamunanku, buyarkan mimpi-mimpi indah yang ku cipta bersama
dia. Dan oleh karena itu, cintaku nyangkut di ujung senja”.
****
Lega rasanya akhirnya tiba juga di rumah. Setelah
beberapa jam diam terpaku di dalam taksi yang membawaku come back to my house. Seseorang
telah menyambutku di ambang pintu dengan senyumnya yang khas mencerminkan suatu
kebahagiaan yang tak dapat dilukiskan. Aku menghampirinya lalu dengan lembut ku
kecup tangannya.
Kuhempaskan tubuh ku diatas ranjang empuk yang dari dua
ratus malam ku tinggalkan. Mata ku menerawang ke segala sudut ruangan. Tak ada
yang berubah, masih sama seperti yang dulu. Begitu nyaman, jujur saja di rumah
ku yang satu nya tak dapat ku rasakan kenyamanan seperti ini. Diatas beberapa
lembar papan yang di susun rapi yang hanya beralaskan tikar tipis, aku bersama
makhluk indah yang lain memiliki nasib sebelas per dua belas alias sama
sepenanggungan mengurangi malam dengan posisi seperti ikan asin (salah satu
menu makanan ku) yang disusun rapi ditengah teriknya matahari.
***
Udara pagi begitu sejuk sesuai dengan suasana hatiku yang
begitu semangat menyambut pagi. Mata pelajaran hari ini telah usai beberapa
menit yang lalu. Kulangkahkan kaki ku menghindar dari sekolah tempat aku
menimba ilmu dan menjangkau peraduanku alias kos-kosan yang tak begitu jauh.
“Mit....Mitha.....”
Aku berusaha mencari sumber suara. Eh ternyata Thina tuh, sosok
yang selalu ada saat aku butuh teman untuk berbagi keluh kesahku. Saat duka dan
sendiri. Tapi giliran suka aku tak pernah ada untuknya, apalagi berbagi
dengannya kadang terlintas diotak betapa kejamnya diriku padanya.
“Balik yukk,......!”
Aku mengangguk sejenak langkahku bertahan.
“Kamu gak ada les hari ini? Baru setengah jam kamu disini
kok udah mau balik sih”
Dengan lemparan senyumnya yang khas, dia melanjutkan
langkah. Aku pun secara bertanya lagi karena implisit, senyuman itu memberi
tahu bahwa itu adalah kebiasaan yang tak dapat diganggu gugat.
“Aku heran deh ama
kamu, diberi motor kok gak dipergunakan sih, kok malah jalan kaki,”
Mulia bangat ni orang sekalian gila kali yach. Mana ada
orang yang mau jalan kalau dia sendiri punya motor kecuali kalau motor nya
rusak atau ditarik showroom dekat rumah.
***
Tak terasa kami sudah tiba di kosan.
“Mit, ada makanan gak? Udah lapar nih!”
“Ada ambil ja di dapur!”.Aku berseru dari balik pintu.
Kudengar ledakan tawanya menggelegar. Mana mungkinlah aku masak steak sapi, bisa
bangkrut perusahaan. Ini namanya penyindiran, dia kan tahu menu aku tiap hari itu
T5, yakni: tahu, tempe,terong,telur, dan teri. Aku keluar lalu mendapati Thina
,dia telah selesai melahap habis hidangan di piringnya tanpa meninggalkan sisa.
Aku menelan ludah.
“Ni orang lapar atau rakus sih”
Yakin dan percaya setiap dia singgah sebelum pulang ke
habitatnya, pasti deh harus ngisi perut dulu di kos aku. Padahal kos aku gak
ada apa-apa bila dibandingkan dengan kosnya. Mulai dari capcai, spagetti, sampai
steak sapi yang baru saja aku sebutin, mulai ala resto bisa didapati
dirumahnya.
Heran dech menu beginian dilahap habis. Setiap aku tanya
kenapa dia lebih memilih T5 ketimbang steak, jawabnya singkat, padat dan jelas.
Aku baru sadar kalau ini adalah malam minggu setelah
melihat Rini dijemput si gendut kekasihnya. My heart katanya. Udah jelek,
pendidikan tak punya, over protektif, tampang ancur abis,hidup lagi, lengkap
sudah penderitaan si gendut. Kasihan,mungkin karena sakunya yang tebal-tebal
makanya si Rini memutuskan untuk menjalin kasih dengannya.itu sih menurut
feeling ku. Gendut adalah gelar penghargaan atau apresiasi yang kami berikan
karna dia telah berhasil merebut hati Rini sicantik dan sok imut itu. Begitu
juga dengan Oya yang bakal nyusul Athy,dia udah standby di ruang tengah
nungguin soulmate, Mr.jay pasangan yang satu ini lain dari yang lain. Tiap hari
ketemu tiap hari berantem. Tapi itulah cinta. berbeda dengan temanku yang satu facebookan sama sang
kekasih. Yayang katanya.maklumlah karna dengan cara ini dia bisa online sama si
doi. Abis nyari pacar jarak jauh sih, jadinya ribet sendiri kan.Kasihan Athy.
udah nasib kali yach, terima dengan lapang dada ya tyyy,,,!
*****
Sekitar pukul 19.00 WIB lewat beberapa menit, Evren tiba
di kos. Dia menghampiri Athy dan Oya yang kebetulan berada di ruang tengah,
sementara diriku lagi asyik solekan dikamar.Aku gak tahu kenapa aku ingin
tampil beda malam ini. Padahal kita kan cuma kerumah sakit bukan ke party.
“Malam laydies, Mitha
ada gak....?”
Mereka sejenak termangu.
“Ada di dalam!” suaranya hampir tak terdengar
“Ya Tuhan,,,pangeran Willyam ada disini, gue gak salah
liat,nih orang ganteng bangat.. boleh kenalan gak!! Nama kamu siapa sih???”
Sadar atau tidak,,kata-kata itu terlantum dari bibir Athy
yang seksi. Dia berusaha menyodorkan tangannya, sedangkan Oya hanya diam seribu
bahasa menikmati pesona indah dihadapannya.
Jantungku berpacu dengan cepat. Kami dekat sudah hampir
tiga tahun, tapi baru kali ini aku begitu gugup di dekatnya. Dalam hati aku
begitu memujanya.Aku akui sebenarnya selama ini aku menyimpan rasa untuk nya.
Bibirku keluh. Pikiranku serba salah. Gengsi,minder, dan takut ditolak, itulah
yang menjadi gejolak dalam batin ku.
***
Aku tak menyangka Evren membawaku ke sebuah tempat yang
tak asing lagi bagiku. Pasar malam, sebuah tempat hiburan di malam hari.
“Sory... aku bohong ma kamu.!”
Dia segera memohon maaf sebelum aku menanyakan perihal
kepada aku dibawa ketempat beginian bukan kerumah sakit.
“Ya udah lah,, gak papa. Kita nikmati saja apa yang ada
didepan kita.”
Hampir setiap permainan kami ikuti, mulai dari main
kartu, lempar gelang, masukin bola ke dalam keranjang. Permainan usai setelah
Evren berhasil masukin bola dan dapatin
sebuah hadiah besar berwarna coklat. Sangkin gembiranya gak sadar aku
menggenggam erat jemari tangan Evren. Setelah tersadar buru-buru ku lepas tapi
keburu di cegat Evren. Dia menarik tanganku lalu membawaku duduk bersandar pada
sebelah sisi bodi motornya. Mengarahkan pandangan pada kerumunan makhluk indah
yang tampak lagi asyik dengan suasana.
“Hmhmhm.....Mit, makasih ya...!!”
Aku memulai pembicaraan sambil mengelus Winnie,, yang ku
beri nama Evmi yakni singkatan dari Mvren dan Mitha.
“ Makasih? Buat apa??”” tanyanya
“Buat semuanya. Waktu dan materi yang kamu berikan.”
Dia hanya melempar senyum. Sejenak kami biarkan sepi
merasuk jiwa dan memberi sedikit kekuasaan pada waktu hingga akhirnya dia
mengalah dan anggat bicara.
“Mit,..kamu mau
gak ,,jadi...,,, pacar aku....!!!”
Begitu berat nada itu terdengar nyaris hilang.
“whattt....!!!”
Dia nembak aku. Itu berarti stop ngejomblo dong.
Jantungku seperti berhenti berdetak, dadaku terasa sesak. Seperti mati suri
saja. Gejolak dalam dada.
“ Rin,Thin,Thy, tolongin dong ,,kalian dimana,, bantuin
aku. Aku gak tahu mau jawab apa.”
“Terima! Enggak! Terima! Enggak! Terima enggak
yach...???” pikirku
Aku diam. Masih ada keraguan, ini mimpi atau betulan.
“Mith..Mith...Mith...!!!”
Tiba-tiba aku merasa seperti terhempas puting
beliung.korslet, terkena tegangan tinggi. Seperti pohon yang mau tumbang
diterpa angin sepoi. Suara itu begitu familiar bagiku. Dia berusaha nyadarin.
Pipiku ditepuk-tepuk.
“Mama!!”
Refleks aku mengangkat setengah tubuhku. Mengucek-ucek
kedua bola mataku.
“Ada apa ma....!”
“Papa udah pulang tuh,,, sana kasih salam!”
Aku mengangguk. Mama beranjak pergi. Lalu hilang dibalik
pintu.
“Hufffffttttt.....!!”
Aku mendesah. Aku baru menyadari ternyata aku hanya
mimpi.
“Sial....!!!”
***