Yola, dia gadis yang polos. Dia punya pesona, sejuta wawasan ada padanya. Siapa yang tidak tertarik padanya. Ia adalah siswa yang berprestasi di sekolah, ia selalu mendapat nilai yang baik. Ia dikenal oleh semua guru karena prestasinya. Yola terlahir dari keluarga yang cukup elit. Ayahnya adalah seorang pengusaha dan ibunya merupakan seorang wanita karir. Ia tidak memiliki saudara. Hari-harinya hanyalah ditemani oleh seorang bibi yang membantu keluarganya. Mesikpun demikian ia bukan anak yang kurang kasih sayang. Ayah dan ibunya dekat dengan dia.
Setiap
pagi dia di antarkan oleh seorang supir.
“Pa,
ma...aku berangkat ya...”, kata Yola.
“Iya....Hati-hati
ya nak.”, sahut Mama Yola.
Setibanya
di sekolah, ia bertemu dengan Selly sahabatnya sejak SMP. Di sekolah, Yola
selalu bersikap biasa, seolah-olah ia bukan lah anak yang terlahir dari
keluarga kaya. Penampilannya sederhana dan sedikit cupu. Sampai-sampai teman
satu sekolahnya tidak tahu bahwa ia adalah putri tunggal dari seorang pengusaha
kaya. Di sekolah ia selalu bersama Selly, mereka siswa kelas tiga SMA.
“Sell,
kita punya tugas kan?”, kata Yola.
“Oh..iya.
Di kumpul hari ini La?”
“
Sepertinya Sell, nanti setelah bel istirahat berbunyi, kita tanyakan pada pak
Karyo, kapan tugasnya dikumpul.”
“Oke...La..”
Bel
istirahat berbunyi, dan mereka pergi menemui Pak Karyo untuk menanyakan
kejelasan tugas mereka. Ternyata tugas mereka dikumpul seminggu lagi. Mereka
masih memiliki waktu untuk berdiskusi mengenai tugas tersebut.
Dalam
perjalanan mereka keluar dari kelas, Selly dan Yola berbincang-bincang mengenai
tugas Biologi dari Pak Karyo.
“Bagaimana
dengan tugas Biologi Sell?”
“Oh...iya,
nanti kita kerjainnya bareng ya La...”
“Oke...
jam berapa Sell?”
“Jam
tiga sehabis pulang sekolah.”
“Oh...kita
belajarnya dimana?”
“Di
rumahku. Bisa kan?”, tanya Selly.
“Oke..beres.”
jawab Yola. Dalam hati, Yola sangat senang.
Yola
punya seseorang yang ia kagumi sejak duduk dibangku SMP. Yogi namanya. Yogi
bukanlah teman kecil Yola ataupun satu sekolahan Yola. Namun, Yogi adalah kakak dari sahabat
Yola, yaitu Selly. Yogi adalah mahasiswa semester akhir. Ia kuliah di salah
satu universitas swasta ternama. Yogi bukanlah mahasiswa yang pandai atau pun jenius.
Namun, ia cukup terkenal di kampusnya. Bukan karena Yogi pandai, namun karena
pesonanya, ia adalah pria yang manis dan juga tampan. Banyak mahasiswi di
kampusnya mengaguminya. Yola juga.
Tiba
pukul 15.00 WIB saatnya Yola untuk perggi ke tempat Selly untuk mengerjakan
tugas Biologi bersama. Mereka mengerjakan bersama-sama dan selesai dengan hasil
yang baik. Akhirnya mereka lega karena tugas mereka telah selesai. Mereka
berbincang-bincang untuk sesaat sebelum Yola kembali ke rumah.
Pukul 19.00 WIB Yola kembali
ke rumah dengan di jemput oleh seirang supir, yang biasa mengantar dan
menjemput Yola. Setibanya di rumah ia bertemu dengan ayah dan ibunya yang juga
baru pulang dari aktivitasnya yakni bekerja.
Yola
selalu melaksanakan aktivitasnya seperti biasa, belajar di sekolah danmengikuti
pelajaran.
Karena
Yola dalah anak yang pandai, ia selalu datang berdiskusi ke rumah Selly. Mereka
belajar bersama, mengerjakan tugas bersama. Harapan Yola, dengan sering
bertemunya dengan Selly, maka sering pula lah ia bertemu dengan kakaknya Selly.
Kebetulan pada saat itu Yogi baru saja berlibur dari kegiatan kuliahnya dan
kembali ke asalnya.
“La...nanti
kita belajar bareng ya?”, kata Selly.
“Oh...jam
berapa Sell?” balas Yola.
“Jam
tiga, di rumahku, bisa kan?”, tanya Selly lagi.
“Oke...Oke..
Boleh.”, jawab Yola. Dalam hati ia sangat senang. Ia pasti bertemu dengan
seorang yang ia kagumi itu.
Sepulang
sekolah ia langsung dengan semangat, makan siang, mandi dan beres-beres. Ia
mencari pakaian yang paling ia sukai dan mencoba untuk merubah penampilannya
agar sedikit lebih menarik dari sebelumnya.
Tiba
waktunya untuk ia pergi ke rumah Selly dengan harapan ia akan bertemu dengan
seseorang yang ia kagumi itu.
“
Selly... Selly...”, Yola memanggil Selly dari luar rumah sambil menekan tombol
bel.
Dan
apa yang ia harapkan pun terwujud. Ternyata yang membuka pintu rumah Selly
adalah kakaknya Selly, Yogi.
“
Eh...ada apa La?” Yogi menanya Yola dengan wajah tersenyum.
“Selly
nya ada kak?”
“Oh...ada
La. Silakan masuk. Selly nya ada di kamar.” Sahut Yogi.
Yola
hanya bisa tersenyum dan tak dapat berkata-kata. Yola pun masuk dan menemui
Selly.
“”Loh..ada
apa La? Kenapa senyum-senyum”, Selly bertanya dan bingung terhadap sikap Yola.
“
Hehehe.. Bukan Sell, nggak apa-apa kok.” Yola tersenyum kembali.
Mereka
pun belajar bersama dan mengerjakan tugas. Selly bertanya kepada Yola dan
demikian sebaliknya. Meskipun ia siswa yang pandai, bukan berarti ia mengetahui
segala sesuatunya. Ada kalanya, ia tidak tahu betul pada satu bidang tertentu.
Ini lah hal yang selalu mereka lakukan sejak SMP. Belajar bersama, mengerjakan
tugas bersama, saling bertanya, dan berkunjung, baik ke rumah Selly maupun
Yola.
Tiba
saatnya untuk Yola kembali ke rumah. Seperti biasanya jemputan telah menunggu
di depan rumah Selly.
“
eh... Sell, aku pulang ya, udah di jemput.”, Yola permisi kepada Selly.
“Oke...Hati-hati
ya La.”
“Oke...”
Selly
dan Yola ke luar dari kamar Selly dan di ruang tamu Yola bertemu dengan Kak
Yogi. Hati nya tak karuan. Ia pun permisi pulang pada Kak Yogi yang sedang
asyik menonton Televisi.
“Kak,
permisi...Pulang dulu ya kak.”, kata Yola.
“Eh...
Iya La. Hati-hati ya.” , membalasnya sambil tersenyum.
Sesampainya
di rumah Yola selalu terbayang dengan Kak Yogi. Dalam hatinya berkata, “aku
tidak boleh lebih bodoh dari dia, aku tidak boleh kelihatan buruk di matanya.”.
Itu lah yang selalu ada dalam benak Yola, sehingga ia terpacu untuk belajar
lebih giat, belajar lebih keras lagi. Ia punya mimpi, ia akan bekerja sebagai
dokter atau pun memiliki profesi lain di bidang kesehatan. Itu lah hal-hal yang
memotivasi Yola untuk selalu belajar dan belajar.
Keesokan
harinya, ia sekolah dan bertemu dengan sahabatnya itu. Mereka melangsungkan
pembelajaran seperti biasanya. Setiap kali mereka bertemu, di akhir pembicaraan
ketika pulang sekolah. Yola selalu berkata, “salam sama Kak Yogi ya...”.
Awalnya Selly hanya menjawab, “Oke...La, pasti nanti akan ku sampaikan.”.
Namun, lama kelamaan Selly agak sedikit heran pada hal yang sering dilontarkan
Yola ketika mereka mulai berpisah dan kembali ke rumah masing-masing. Namun hal
itu hanya ia abaikan, dan menganggap tidak ada apa-apa.
Sesampainya
di rumah, Selly pun menyampaikan salam dari Yola pada Kak Yogi. Yogi pun selalu
membalas salam dari Yola. Dan hal tersebut pun di sampaikan selly kepada Yola.
Hal ini juga membuat Yola semakin semangat.
Hari-harimereka
untuk belajar di sekolah pun tidak lama lagi. Tiba bagi mereka untuk mengikuti
Ujian Nasional dan berbagi ujian lainnya.
Di
sekolah pembagian ruangan pun mereka terima. Mereka di tempatkan tidak dalam
satu ruangan yang sama. Sesungguhnya mereka tidak mempermasalahkan hal itu. Dan
itu pun tidak berpengaruh bagi mereka. Karena mereka akan menjawab soal dengan
upaya mereka sendiri dan dari hasil kerja keras mereka selama ini.
Mereka
akan menentukan jadwal untuk berdiskusi, belajar bersama, mengulangi pelajaran
yang lalu, yang mungkin mereka sudah lupa. Hari dan waktu pun mereka tentukan.
Mereka konsisten dengan jadwal yang telah ditentukan. Ujian nasional mereka
lalui dengan baik tanpa ada kecurangan sedikit pun. Target yang ingin mereka
capai adalah LULUS UN dan juga LULUS SNMPTN dengan hasil yang memuaskan.
Pengumuman
Ujian Nasional pun tiba, dan ternyata mereka lulus dan mendapatnilai yang cukup
memuaskan. Satu lagi target mereka adalah LULUS SNMPTN. Itulah hal yang mereka
tunggu-tunggu.
Hari-hari
mereka lalui dengan belajar bersama, berdiskusi dan mengikuti bimbingan test.
Dengan harapan, mereka akan LULUS SNMPTN dan pada universitas yang mereka
inginkan.
Hal
yang Yola inginkan adalah, ia akan membuat kedua orang tuanya bangga dengan
prestasi yang ia capai. Dan tidak lupa satu lagi, ia tidak boleh lebih rendah
dari kakaknya Selly. Itu merupakan salah satu motivasi bagi Yola. Ternyata Yogi
merupakan motivator terselubung bagi Yola. Dan itu berarti, Yola harus optimis
untuk mencapai jurusan pada universitas yang ia inginkan.
Ujian
SNMPTN pun mereka ikuti. Dengan semangat yang menyala-nyala, mereka menjawab
soal-soal yang ada. Mereka berdoa gar mereka lulus, setidaknya pada pilihan
kedua mereka. Beberapa minggu lagi mereka akan menerima pengumuman hasil
SNMPTN.
Tiba
saatnya bagi mereka untuk melihat hasil dari belajar mereka, diskusi dan
mengikuti bimbingan tes. Pengumuman hasil SNMPTN pun mereka lihat, dan ternyata
apa yang mereka inginkan pun terwujud. Tak percuma mereka belajar bersama dan
diskusi. Mereka LULUS SNMPTN. Selly lulus di universitas yang ia inginkan dan
pada jurusan yang ia inginkan. Yola, bagaimana dngan hasilnya? Ia menangis
bukan karena tidak lulus, ia mengangis karena ternyata Tuhan baik dan berpihak
padanya. Ia terharu, ia lulus di kedokteran. Tepat seperti yang ia harapkan.
Ternyata salah satu faktornya adalah motivasi atau dorongan yang kuat dari
dirinya. Tak lupa ternyata Yogi adalah motivator terselubung yang handal. Meskipun ia bukan anak yang pandai, ia
mampu membawa hal yang positif bagi orang lain, yaitu Yola.