Mei terhenyak di bangkunya. Gelagat itu sudah dibacanya lebih
awal. Jonatan marah emosinya meluap dan suaranya lantang menggetarkan seisi ruangan.
‘’Kamu kamu semua….. otaknya pada di kemanain sich?’’ Jonatan
bertolak pinggang didepan kelas. 31 pasang mata menuju kepadanya dengan perasaan
takut.
‘’Apa harus dia yang pimpin kelas kita? Kemana cinta Indonesia
kalian? Ayo jawab, kalian dibayar berapa?’’ lantang dan marah suara Jonatan menggema
diruangan kelas. 31 orang dikelas itu diam bahkan asistennya, sebagai wakil ketua
osis ketakutan, wajahnya pucat karna dia yakin pasti dia yang akan kena getahnya
yang akan getahnya dari Jonatan.
Tiba-tiba Silvi berdiri dibangkunya, “Aku gak setuju dengan sikap
kamu Jon’’
‘’Apa? Kamu gak setuju
sama sikapku yang mana?’’ ucap Jonatan masih dengan emosi tingkat tinggi.
‘’Pemilihan ketua kelas itu dipimpin oleh wali kelas dengan sistem
demokrasi dan itu sah’’ ucap Silvi
‘’Sah apanya? Jauh-jauh hari aku udah menginformasikan kepada
kalian agar Mei menjadi ketua kelas, kalian setuju….tapi nyata nya apa? Sikulit
putih itu yang kalian pilih? Timpal Jonatan.
Emang apa yang salah sama Ahong. Diakan orang Indonesia juga jadi
berhak dong jadi pemilik suara. Anggota dewan aja banyak yang berkulit putih apalagi
ketua kelas?” timpal Silvi dengan lagu suara yang tajam.
Jonatan memandang tajam Silvi, giginya gemerutuk tangan dikepal
dan “ bukkk’’ meja di hadapan Silvi jadi sasaran.
‘’Awas kamu Silvi ancam Jonatan’’ Silvi tidak takut,
percumalah dia sijago karate dan bersabuk coklat.
Suasana kelas kembali tertib saat Ahong masuk bersama wali kelas
dengan berkas-berkas ditangan Ahong sebagai tugas ketua kelas. Ahong menang dua
suara dari Mei yaitu 14 untuk Mei dan 16
untuk Ahong.
Mei menerima kekalahannya dengan lapang dada, dari awal dia juga
tidak berminat jadi ketua kelas . Tapi Jonatan memaksanya karna Jonatan ketua osis
banyak tanam jasa kepada Mei, hampir setiap hari Mei menumpang di sepeda motor
nya.
Dan akhir-akhir ini Mei dapat merasakan suasana hati Jonatan.
Ada bibit-bibit
cinta. Sudah 3 kali Mei mendapatkan hadiah dan puisi dari Jonatan walaupun yang
buat puisi itu bukan Jonatan melainkan asistennya Gamar, tapi Mei telah senang dan
merasa simpatik terhadapnya. Lagian Jonatan itu orangnya baik, tempramen,
perfectsionis, ganteng tapi sayang emosional tingkat tinggi. Sakinggantengnya sampai-sampai
ada kakak kelas yang telah lama mengejar-ngejar cintanya.
Sepulang sekolah Jonatan lupa dengan Mei yang di ingatnya meminta
penjelasan dari Silvi.
“Silvi , berapa kamu dibayar oleh Ahong? Berapa hargamu hingga
kamu memilih dia?’’ Jonatan menanya Silvi dengan blak-blakan. Dengan geramSilvi
menjawabnya ‘’Dengar ya Jonatan…….. kamu jangan sok idealis, wajah kamu yang
ganteng itu jadi jelek kalau kamu pelihara sifat arogan mu itu’’.
‘’Tapi aku udah bilang untuk milih Mei, tapi apa? Kamu malah milih
Ahong, padahal kemaren kamu udahs etuju mau milih Mei.’ ’tuduh Jonatan.
‘’Darimana kamu tau kalau aku milih Ahong? Gak usah sok taulah
kamu’’ tantang Silvi.
‘’Aku tau, kamu milih Ahong, gak usah bohong dech. Buktinya Ahong
menang dua suara sahut Jonatan.
‘Asal kamu tau ya Jon, akujuga milih Mei.Sebaiknya kamu jangan
sembarangan menuduh orang jawab Silvi ketus
sembari melangkah dan meninggalkan Jonatan. Jonatan menatap kepergiannya.
‘’ Aku tau aku memang pengecut,
tapiaku benci orang TiongHoa’’ batin Jonatan. Dia duduk dikursi disampingnya,
ia mengingat kakanya yang tergila-gila dengan orang TiongHoa, hingga kakaknya menyusul
sang kekasih keJakarta.Tetapi sang kekasih telah mempunyai seorang anak dengan istri
yang cantikjelita. Akibatnya kakak Jonatan harus masuk rumah sakit karna nekat bunuh
diri.
Rasa dendamnya terhadap orang TiongHoa ditularkan juga kepada
Ahong yang tidak berdosa itu dan Silvi tau akan itu sebab Jonatan adalah sahabatnya
sejak SD, namanya sahabat kemanapun pasti sama dan semuanya saling mengetahui satu
sama lain, namun akhir-akhir ini Jonatan dan Silvi tidak seakrab dulu lagi,
karna kedatangan murid baru yang dari Bandung ,
Mei.
Anak baru yang sangat lemah lembut, tapi kalau masalah kecantikan
sich masih lebih cantik Silvi tapi sayang Silvi tomboy, tapi tinggi dan cerdas.
Dan sayang Jonatan hanya menganggapnya sebagai sahabat, tapi jauh di dalam lubuk
hati Silvi tersimpan rasa simpatik dan rasa sayang kepada Jonatan, Jonatan yang
selalu memberikan semangat kepada Silvi dan Jonatan pula yang memotivasinya untuk
belajar.Itu yang membuat semangat Silvi dan hidupnya lebih berwana, tapi itu dulu…
sebelum Mei hadir dalam kehidupan mereka.
Pagi ini seperti biasanya Jonatan langsung masuk kelas dan segera
mencari Mei, Silvi sibuk mengerjakan tugas Biologinya hingga bel les pertama Mei
juga belum Nampak, Jonatan heran biasanya Mei gak pernah terlambat.
‘’Silvi,,Mei kemana ya?’’
‘’Gak tau’’,,saut Silvi
‘’Rumah kamu kan
berdekatan ?’’
‘’Jadi?? Kalau rumahnya dekat aku harus jagain dia gitu ?’’
jawab Silvi cuek
‘’Kamu kok jawabnya cuek gitu ?’’
Silvi gak menjawab, ada rasa gelisah dihatinya dantiba-tiba wali
kelas masuk.
‘’Anak-anak berhubung karna orang tua dari teman kita Ahong meninggal
dunia, pagi ini juga kita melayat kerumahnya’’ ucap bu Nisa
‘’Iya buk,’’ jawab anak-anak diruangan itu,
Pukul 10.00 WIB mereka telah tiba dirumah Ahong, dengan dendam
dihati Jonatan terhadap orangTiongHoa Jonatan pun berada dibarisan paling belakang. Tapi dia sangat terkejut melihat Mei
duduk disamping Ahong dengan memakai baju hitam, Jonatan pun bertanya-tanya dalam
hati, namun untuk sementara disimpannya rapat-rapat dalam hati.
Acara selesai, semuanya bubar, tapi Jonatan masih penasaran dengan
semuanya itu. Ada
apa antara Mei dengan Ahong sehingga mereka terlihat akrab batin Jonatan,
seribu pertanyaan berkecambuk di hatinyasampai malamnya diapergi kerumah Ahong untuk
menemui Mei. Kali ini Mei menjauh dari keluarga duka, hingga Jonatan mendekat dan
mengajak Mei duduk dikursi taman.
‘’Mei,,, kenapa kamu disini? Pake gak sekolah lagi???? Emang Ahong
itu siapa nya kamu?? Tanya Jonatan sambil merasa jengkel menyebutkan nama itu.
‘’Maaf Jon, kamu belum tau siapa aku’’ jawab Mei.
‘’Kenapa Mei? Aku kenal kamu kok, dan kita udah temanan 3
bulan, dan aku…aku…..’’
‘’Cukup Jon, kamu gak tau siapa aku, aku bukan orang yang
kamu harapkan. Aku jauh dari impianmu, ,jawab Mei.
‘’Maksud kamu apa Mei ?’’ ucap Jonatan sembari menunjukkan wajah
kebingungan.
‘’Papanya Ahong itu pamanku, dan aku juga keturunan TiongHoa,
aku juga keturunan dari suku yang paling kamu benci.Memang sih Ibuku kturunan
Indonesia, aku mirip Ibuku sehingga aku tidak kelihatan seperti orang TiongHoa.
‘’Tapi…??”jawab Jonatan bingung.
‘’Dan yang paling menyakitkan buat kamu aku dan Ahong telah dijodohkan
sejak kecil’’ jawab Mei
‘’Maksud kamu apa Mei ??’’ Tanya Jonatan.
‘’Kami udah tunangan’’.Kali ini perkataan itu dengan tegas keluar
dari mulut Mei. Walau ada rasa berat dihatinya karna mengingat kebaikan Jonatan
terhadapnya.
Jonatan terkejut, antara
percaya dan tidak percaya tapi itulah perkataan yang barusan didengarnya keluar
langsung dari mulut Mei. Berbagai gejolak dan rasa sakit yang
sesak di dadanya.
‘’Jon, pulanglah! Jangan siksa dirimu, ada satu hat imenunggumu,
ada cinta sejati yang selalu menunggumu disana,
Silvi.’’
‘’Haaah….Silvi??? si tomboy sahabatku ?????’’batin Jonatan terkejut.
Tiga bulan yang laluJonatan membuang
rasa itu saat kedatangan Mei. Silvi begitu teguh, begitu kukuh dan pastinya cantik
walau tomboy, tapi kini ia akan membuka rasa itu kembali buat
si tomboy yang satu ini ‘’TUNGGU AKU SILVI’’ batinnya.