Setiap malam aku selalu
mengingat semua tentangnya. Dari senyumannya ,tingkah lakunya , marahannya,
bahkan sifatnya yang sering membuatku tersenyum senidri. Hasrat tubuhku jiwa
dan hatiku, ingin memilikinya seutuhnya. Aku tak pernah pikirkan wanita lain
selain sosoknya yang suram dalam anganku yang kelam. Awal suka ternyata membawa
petaka kepada hatiku. Dia yang kuiginkan dia yang ku sayang, tak pernah
mengerti perasaan ku . dia tak pernah dengar jeritan suara hatiku yang rindu akan
dirinya. Seribu kata sudah ku sujudkan, seribu bunga sudah ku berikan. Adakah
hatinya sekeras batu? Bukankah batu akan hancur jua, di saat tetes-tetes air
jatuh pada permukaanya yang keras? Tidakkah hatinya hancur jua , jika setiap
detik ku mengatakan rasaku yang membunuhku?
Ririn, sebuah nama yang indah,
nama yang terukir di lubuk dasar hatiku, membuat hari-hari ku serasa
indah. Juga sebuah cambuk yang menusuk
jantungku, membuat hatiku hancur, karena nama tersebut adalah nama kebencianku,
tentang rasaku yang tak berbalas.
Cinta, sebuah kata yang
bermakna indah, bahagia. Memberi semangat dalam hidup. Bagaimana dengan cinta
bertepuk sebelah tangan? Sebuah hubungan yang rumit, di saat semua usahamu
sia-sia belaka, dia yang tak mengerti perasaan hatimu. Membuatmu jatuh dalam sakit yang tak terlukis
dalam angan pikir manusia.
Selalu penyeselanku datang ,
mengapa aku harus jatuh hati pada wanita yang tak mengerti asaku?
Dan mengapa aku tidak bisa melupakannya dari anganku yang kelam? Banyak wanita yang lebih indah dari dia. Dan
banyak juga wanita telah ku jadikan tempatku berlari dari perasaan yang tidak
terbalas. Aku merasa dosaku sudah sangat besar, mempermainkan perasaan mereka
hanya karena satu orang wanita. Semua teman baikku mengutuk perbuatan ku yang
tidak bertanggung jawab.
Apakah dia wanita atau tidak?
Apa dia terlahir hanya untuk membunuh mereka yang terhipnotis karena nya, atau
menusuk mereka yang tulus dari hati menyayangi
dan mencintainya. Adakah dia mengerti perasaan yang tak pernah terbalas?
Kisah ini di awali dari sebuah cerita yang tak bermakna. Aku
tidak pernah merasakan sebuah jalinan cerita yang indah. Ku merangkai ceritaku
seindah mungkin tapi tidak pernah bisa sejalan dengan harapan hati.
Ku mengenalnya dua tahun lalu, dari sebuah pertemuan yang
tidak di sengaja. Kami satu kelas selama dua tahun. Kemudian berpisah. dua
tahun bersamanya telah menumbuhkan bibit perasaan yang tak bisa ku pungkiri.
“HAA??? Kamu suka sama si Ririn?”
“Iya Red, aku juga gak tahu, awal dari perasaan
ini.”
“Trus? Dia dah tau?”
“Belum……”
Temanku Redi tidak percaya dengan apa yang telah
membuatku jatuh hati kepadanya. Mungkin di tanya secara pribadi, mungkin baik
hatinya lah yang telah membiusku dengan perasaan yang tak menentu.
“Oh.. saranku lupakan saja bro..”
“Kenapa?”
“Dia itu tidak pantas di cintai, dia hanya akan menggantung
perasaan mereka yang suka kepadanya. Aku bukan melarang, tetapi aku gak mau kau
menjadi korban juga”
“Jangan sebut aku lelaki jika aku tidak bisa menaklukkan
dia.”
“Jangan sombong, dia nanti akan memberi harapan palsu,
tetapi saat kau menembaknya kau akan ditolak mentah-mentah .”
“ Tidak apa-apa. Kita tidak tahu rejeki seseorang, mungkin
aku akan memiliki nasib yang baik”
“ akh terserah kaulauh. Aku hanya ingin kau tidak mengadu
dan minta tolong samaku untuk menjodohkan dia.”
“iyaaaaaaaaaaaa”
Perasaan ini tak menentu, tiap hari ku ingat dia , tapi tak
bisa kumiliki hingga saat ini.
dua tahun berlalu, dia tak sedikitpn memberi respon positif
terhadap ku, benar seperti dikatakan oleh temanku. Kesalahanku telah semakin
membuahkan kehancuran masa depanku. Semua pelajaranku di sekolah tertinggal
hanya karena seorang wanita. Aku terlalu sibuk dengannya, sementara aku telah menjadi sampah yang tak
berguna.
Aku menyesal mengapa ini terjadi padaku, menyalahkan tak kan menylessaikan
masalah yang terus beranak cucu.
Hingga kini aku masih
disini dan akan terus disini. Hati ini, rasa ini hanya menambah luka hati yang
tak terobati sepanjang hayat. Mungkin aku akan terus seperti ini. Sampai
diujung nafasku aku akan menjadi orang paling rendah dari mereka yang rendah.
Aku akan menjadi sampah yang tak berguna. Aku selalu bermimpi menjadi orang
terbaik di masaku. Namun masaku sedetik demi detik berlalu dengan pasti, tak
sedikitpun aku memiliki kesempatan menjadi orang terbaik. Aku hanya menjadi
bayangan dari mereka yang terbaik. Kini masaku telah pergi seiring dengan
berjalannya waktu. Tapi penyesalanku semakin besar dan menjadi sebuah beban
yang tak dapat ku pikul. Kenapa aku harus menyadarinya sekarang?
Mengulangi ini hanya sebuah mimpi yang tak bertepi. Apakah
tak ada jalan keluar dari ini semua? Penyesalanku terus bertambah sejalan
dengan penuaan yang tak kenal kompromi. Sampai kapan aku akan menyesali ini?
“ Sudah ku bilang dari dulu, sebaiknya lupakan obsesimu
untuk memilikinya seutuhnya.”
“Suka ku, apa urusanmu? Pergi kau sana biang!!”
“Ah biang, Cuma menasehatinya aku , sok jago kau.”
Temanku pergi meninggalkanku sendiri, kini aku hanya tinggal
sendiri. Tak ada tempatku mengadu, berbagi suka dan berbagi duka.
Aku ingin berada dimana saja, tapi tidak ada yang namanya
sakit hati. Aku ingin di gurun pasir yang panas, aku ingin di kutub utara yang
dingin, aku ingin di afrika , di eropa, asia ,
papua, dimana saja. Asal aku tak mengenal apa itu cinta.
“Ririn”
“ Eh, Iman? Apa man?”
“ Ng, gak ada kok, kau sibuk ya akhir-akhir ini?
“ Sibuk kali, banyak kegiatan”
“Kegiatan? Emang ngapaiin saja sih ?
“ Les, persiapan mau ujian …… (blabalalbalala)”
Dia tak pernah punya waktu sedikitpun untuk santai, mungkin perasaan
ini akan ku pendam sampai akhir hayat ini. Tapi sampai kapan?
dua bulan kemudian setelah aku berkelahi dengan temanku,
ternyata dia membuat sebuah kesalahan fatal , dia menceritakan yang sebenarnya
kepada Ririn. Aku tiadak tahu harus berbuat apapun. Malu dan amarah serasa
menyatu dan berkumpul dalam kepalan tanganku. Di depan orang banyak ku berikan
sebuah tinju yang hangat. Dia tidak berkutik, bingung dan sakit telah merasuki
jasadnya yang bernyawa.
Semenjak itu, sikap ku berubah seratus persen. Aku mulai
mudah emosi, bersikap dingin, cuek terhadap sekitarku. Hingga kini aku pun
mulai dibenci teman-teman lainnya.
Aku tidak tahu menyelesaikan semua ini. Gengsi dan harga
diri ku terlalu tinggi. Rasanya aku tak sudi meminta maaf. Salahkah jika aku
harus begini?
Kini ku sadari. Kesalahanku gengsiku yang terlalu berlebihan
dan melewati batas. Apakah jika aku minta maaf, mereka akan mengerti dan
memaafkan aku ? Apakah masih ada harapan
dan ruang untuk ku meminta maaf? Teman?
****
Semester baru tiba, aku masih bersikap dingin kepada setiap
orang. Dan kebencianku semakin membesar bahkan lebih besar dari yang ku
bayangkan setelah mengetahui, wanita yang kusangi telah menjalin kasih dengan
orang lain. Aku merasa gagal, aku menyesal. Pelajaran sekolah telah
ketinggalan, dari mana saya harus ulang? Sudah tidak mungkin. Apa yang harus
saya lakukan?
“Red. Aku minta maaf ya untuk selama ini.” Ucapku saat
bertemu dengan Redi
“Aku sudah pikirkan kesalahanku, dan aku sangat menyesal
atas perbuatanku. Kau maukan kita berteman seperti dulu lagi. Seperti kita
selalu bersama, menopang dalam duka, tertawa dalam bahagia.” Ucapku lagi
Sayang sungguh disayangkan Redi yang menjadi sahabatku telah
membenciku dan sangat membenciku. Dia tidak sedikitpun mengubris kata-kataku.
Dia pergi begitu saja dan berlalu dihadapanku.
“Kawan andai kau tau aku sangat merindukan kita yang dulu”
gumamku seraya melihatnya pergi
“Ririn. Selamat yah…” ucapku serta mengulurkan tangan
padanya
“Selamat untuk apa yah?”
“Untuk kekalahanku”
“Kekalahan? Kekalahan apa?”
Aku tidak jawab lagi, aku Cuma balas dengan senyuman dan
berlalu. Untuk mengucapkan kata selamat saja aku tak sanggup. Dia yang telah
mengisi hari-hariku telah pergi dan tak bisa aku sentuh lagi.
Sepulang sekolah aku berjalan sendiri. Termenung dan
memikirkan apa yang telah terjadi pada hubunganku yang rumit, aku dan
sahabatku, aku dan dia yang ku sayang. Aku bermimpi dalam anganku tentang
cerita yang kurangkai, tetapi tak berjalan sempurna. Kenapa? Apa salah ku?
Salah kah aku mendapatkan yang ku inginkan?
“IMANNNNNNNNNN….. AWAS…………” teriak seseorang dari belakang
ku, sekejap ku melirik dan…..
“britttt………. Damn….” Aku terhempas jauh ke depan. Tampak
sebuah mobil angkot berhenti di depanku. Antara sadar dan tidak sadar aku
melihat sekelilingku. Darah berserakkan di wajahku. Pandanganku mulai gelap.
Aku tidak merasakan apa-apa lagi. Rasanya untuk mengeluarkan suara saja aku
sudah tidak mampu. Apakah aku akan mati?? Secepat inikah? Saat aku belum
mengenal apa itu cinta sejati? Saat sahabatku marah padaku? Saat aku belum
melihat dan merasakan cita dan anganku yang telah ku rangkai? Semakin lama aku
tak bisa bergerak. Gelap dan semakin hening. Apakah yang telah terjadi?
**********