CERPEN : Sebuah Cerita Tentang Hati

by Iman Tumorang , at 7:39 PM , have 0 comments
Sebuah Cerita tentang hati



Setiap malam aku selalu mengingat semua tentangnya. Dari senyumannya ,tingkah lakunya , marahannya, bahkan sifatnya yang sering membuatku tersenyum senidri. Hasrat tubuhku jiwa dan hatiku, ingin memilikinya seutuhnya. Aku tak pernah pikirkan wanita lain selain sosoknya yang suram dalam anganku yang kelam. Awal suka ternyata membawa petaka kepada hatiku. Dia yang kuiginkan dia yang ku sayang, tak pernah mengerti perasaan ku . dia tak pernah dengar jeritan suara hatiku yang rindu akan dirinya. Seribu kata sudah ku sujudkan, seribu bunga sudah ku berikan. Adakah hatinya sekeras batu? Bukankah batu akan hancur jua, di saat tetes-tetes air jatuh pada permukaanya yang keras? Tidakkah hatinya hancur jua , jika setiap detik ku mengatakan rasaku yang membunuhku?
Ririn, sebuah nama yang indah, nama yang terukir di lubuk dasar hatiku, membuat hari-hari ku serasa indah.  Juga sebuah cambuk yang menusuk jantungku, membuat hatiku hancur, karena nama tersebut adalah nama kebencianku, tentang rasaku yang tak berbalas.
Cinta, sebuah kata yang bermakna indah, bahagia. Memberi semangat dalam hidup. Bagaimana dengan cinta bertepuk sebelah tangan? Sebuah hubungan yang rumit, di saat semua usahamu sia-sia belaka, dia yang tak mengerti perasaan hatimu.  Membuatmu jatuh dalam sakit yang tak terlukis dalam angan pikir manusia.
Selalu penyeselanku datang , mengapa aku harus jatuh hati pada wanita yang tak mengerti  asaku?  Dan mengapa aku tidak bisa melupakannya dari anganku yang kelam?  Banyak wanita yang lebih indah dari dia. Dan banyak juga wanita telah ku jadikan tempatku berlari dari perasaan yang tidak terbalas. Aku merasa dosaku sudah sangat besar, mempermainkan perasaan mereka hanya karena satu orang wanita. Semua teman baikku mengutuk perbuatan ku yang tidak bertanggung jawab.
Apakah dia wanita atau tidak? Apa dia terlahir hanya untuk membunuh mereka yang terhipnotis karena nya, atau menusuk mereka yang tulus dari hati menyayangi  dan mencintainya. Adakah dia mengerti perasaan yang tak pernah terbalas?
Kisah ini di awali dari sebuah cerita yang tak bermakna. Aku tidak pernah merasakan sebuah jalinan cerita yang indah. Ku merangkai ceritaku seindah mungkin tapi tidak pernah bisa sejalan dengan harapan hati.
Ku mengenalnya dua tahun lalu, dari sebuah pertemuan yang tidak di sengaja. Kami satu kelas selama dua tahun. Kemudian berpisah. dua tahun bersamanya telah menumbuhkan bibit perasaan yang tak bisa ku pungkiri.
“HAA??? Kamu suka sama si Ririn?”
“Iya Red, aku juga gak tahu, awal dari perasaan ini.”
“Trus? Dia dah tau?”
“Belum……”
Temanku Redi tidak percaya dengan apa yang telah membuatku jatuh hati kepadanya. Mungkin di tanya secara pribadi, mungkin baik hatinya lah yang telah membiusku dengan perasaan yang tak menentu.
“Oh.. saranku lupakan saja bro..”
“Kenapa?”
“Dia itu tidak pantas di cintai, dia hanya akan menggantung perasaan mereka yang suka kepadanya. Aku bukan melarang, tetapi aku gak mau kau menjadi korban juga”
“Jangan sebut aku lelaki jika aku tidak bisa menaklukkan dia.”
“Jangan sombong, dia nanti akan memberi harapan palsu, tetapi saat kau menembaknya kau akan ditolak mentah-mentah .”
“ Tidak apa-apa. Kita tidak tahu rejeki seseorang, mungkin aku akan memiliki nasib yang baik”
“ akh terserah kaulauh. Aku hanya ingin kau tidak mengadu dan minta tolong samaku untuk menjodohkan dia.”
“iyaaaaaaaaaaaa”
Perasaan ini tak menentu, tiap hari ku ingat dia , tapi tak bisa kumiliki hingga saat ini.
dua tahun berlalu, dia tak sedikitpn memberi respon positif terhadap ku, benar seperti dikatakan oleh temanku. Kesalahanku telah semakin membuahkan kehancuran masa depanku. Semua pelajaranku di sekolah tertinggal hanya karena seorang wanita. Aku terlalu sibuk dengannya,  sementara aku telah menjadi sampah yang tak berguna.
Aku menyesal mengapa ini terjadi padaku, menyalahkan tak kan menylessaikan masalah yang terus beranak cucu.
 Hingga kini aku masih disini dan akan terus disini. Hati ini, rasa ini hanya menambah luka hati yang tak terobati sepanjang hayat. Mungkin aku akan terus seperti ini. Sampai diujung nafasku aku akan menjadi orang paling rendah dari mereka yang rendah. Aku akan menjadi sampah yang tak berguna. Aku selalu bermimpi menjadi orang terbaik di masaku. Namun masaku sedetik demi detik berlalu dengan pasti, tak sedikitpun aku memiliki kesempatan menjadi orang terbaik. Aku hanya menjadi bayangan dari mereka yang terbaik. Kini masaku telah pergi seiring dengan berjalannya waktu. Tapi penyesalanku semakin besar dan menjadi sebuah beban yang tak dapat ku pikul. Kenapa aku harus menyadarinya sekarang?
Mengulangi ini hanya sebuah mimpi yang tak bertepi. Apakah tak ada jalan keluar dari ini semua? Penyesalanku terus bertambah sejalan dengan penuaan yang tak kenal kompromi. Sampai kapan aku akan menyesali ini?
Kota ini akan menjadi saksi sebuah kepedihan yang ku alami. Masa muda terbang begitu saja. Tanpa kata-kata pergi dan hilang begitu saja. Masa muda yang indah kini tinggal di angan yang tak terselami. Hatiku terpaku dan terkunci pada satu wanita yang membawa kehancuran masa depan ku.
“ Sudah ku bilang dari dulu, sebaiknya lupakan obsesimu untuk memilikinya seutuhnya.”
“Suka ku, apa urusanmu? Pergi kau sana biang!!”
“Ah biang, Cuma menasehatinya aku , sok jago kau.”
Temanku pergi meninggalkanku sendiri, kini aku hanya tinggal sendiri. Tak ada tempatku mengadu, berbagi suka dan berbagi duka.
Kota kecil ini mungkin akan menjadi tempatku tertidur pada hariku nanti. Kota yang ajarkanku tentang perihnya cinta. Kota yang ajarkanku tentang persahabatn yang berakhir perkelahian hanya karena masalah sepele. Di kota ini aku terkurung dengan kebodohanku sendiri. Terikat dengan masa depan yang suram. Mungkin kah aku masih bisa menahan semua ini sendiri?
Aku ingin berada dimana saja, tapi tidak ada yang namanya sakit hati. Aku ingin di gurun pasir yang panas, aku ingin di kutub utara yang dingin, aku ingin di afrika , di eropa, asia, papua, dimana saja. Asal aku tak mengenal apa itu cinta.
“Ririn”
“ Eh, Iman? Apa man?”
“ Ng, gak ada kok, kau sibuk ya akhir-akhir ini?
“ Sibuk kali, banyak kegiatan”
“Kegiatan? Emang ngapaiin saja sih ?
“ Les, persiapan mau ujian …… (blabalalbalala)”
Dia tak pernah punya waktu sedikitpun untuk santai, mungkin perasaan ini akan ku pendam sampai akhir hayat ini. Tapi sampai kapan?
dua bulan kemudian setelah aku berkelahi dengan temanku, ternyata dia membuat sebuah kesalahan fatal , dia menceritakan yang sebenarnya kepada Ririn. Aku tiadak tahu harus berbuat apapun. Malu dan amarah serasa menyatu dan berkumpul dalam kepalan tanganku. Di depan orang banyak ku berikan sebuah tinju yang hangat. Dia tidak berkutik, bingung dan sakit telah merasuki jasadnya yang bernyawa.
Semenjak itu, sikap ku berubah seratus persen. Aku mulai mudah emosi, bersikap dingin, cuek terhadap sekitarku. Hingga kini aku pun mulai dibenci teman-teman lainnya.
Aku tidak tahu menyelesaikan semua ini. Gengsi dan harga diri ku terlalu tinggi. Rasanya aku tak sudi meminta maaf. Salahkah jika aku harus begini?
Kini ku sadari. Kesalahanku gengsiku yang terlalu berlebihan dan melewati batas. Apakah jika aku minta maaf, mereka akan mengerti dan memaafkan aku ?  Apakah masih ada harapan dan ruang untuk ku meminta maaf? Teman?
****
Semester baru tiba, aku masih bersikap dingin kepada setiap orang. Dan kebencianku semakin membesar bahkan lebih besar dari yang ku bayangkan setelah mengetahui, wanita yang kusangi telah menjalin kasih dengan orang lain. Aku merasa gagal, aku menyesal. Pelajaran sekolah telah ketinggalan, dari mana saya harus ulang? Sudah tidak mungkin. Apa yang harus saya lakukan?
“Red. Aku minta maaf ya untuk selama ini.” Ucapku saat bertemu dengan Redi
“Aku sudah pikirkan kesalahanku, dan aku sangat menyesal atas perbuatanku. Kau maukan kita berteman seperti dulu lagi. Seperti kita selalu bersama, menopang dalam duka, tertawa dalam bahagia.” Ucapku lagi
Sayang sungguh disayangkan Redi yang menjadi sahabatku telah membenciku dan sangat membenciku. Dia tidak sedikitpun mengubris kata-kataku. Dia pergi begitu saja dan berlalu dihadapanku.
“Kawan andai kau tau aku sangat merindukan kita yang dulu” gumamku seraya melihatnya pergi
“Ririn. Selamat yah…” ucapku serta mengulurkan tangan padanya
“Selamat untuk apa yah?”
“Untuk kekalahanku”
“Kekalahan? Kekalahan apa?”
Aku tidak jawab lagi, aku Cuma balas dengan senyuman dan berlalu. Untuk mengucapkan kata selamat saja aku tak sanggup. Dia yang telah mengisi hari-hariku telah pergi dan tak bisa aku sentuh lagi.
Sepulang sekolah aku berjalan sendiri. Termenung dan memikirkan apa yang telah terjadi pada hubunganku yang rumit, aku dan sahabatku, aku dan dia yang ku sayang. Aku bermimpi dalam anganku tentang cerita yang kurangkai, tetapi tak berjalan sempurna. Kenapa? Apa salah ku? Salah kah aku mendapatkan yang ku inginkan?
“IMANNNNNNNNNN….. AWAS…………” teriak seseorang dari belakang ku, sekejap ku melirik dan…..
“britttt………. Damn….” Aku terhempas jauh ke depan. Tampak sebuah mobil angkot berhenti di depanku. Antara sadar dan tidak sadar aku melihat sekelilingku. Darah berserakkan di wajahku. Pandanganku mulai gelap. Aku tidak merasakan apa-apa lagi. Rasanya untuk mengeluarkan suara saja aku sudah tidak mampu. Apakah aku akan mati?? Secepat inikah? Saat aku belum mengenal apa itu cinta sejati? Saat sahabatku marah padaku? Saat aku belum melihat dan merasakan cita dan anganku yang telah ku rangkai? Semakin lama aku tak bisa bergerak. Gelap dan semakin hening. Apakah yang telah terjadi?


**********

CERPEN : Sebuah Cerita Tentang Hati
CERPEN : Sebuah Cerita Tentang Hati - written by Iman Tumorang , published at 7:39 PM, categorized as Education , Story (Cerpen) . And have 0 comments
No comment Add a comment
Cancel Reply
GetID
Theme designed by Damzaky - Published by Proyek-Template
Powered by Blogger