Jika ada dua pilihan:berangkat ke kampung halaman atau ke Singapura, Hendra pilih ke samosir. Meski ke kampung halaman berisiko penat berkepanjangan bahkan capeknya belum hilang meski sudah kembali ke Jakarta, tak masalah. Soalnya,rencana perjalanan kali ini ada some one special.
“Ndra kemana kita liburan ini?” tanya Hendry.
“ke samosir saja lah yok....”
sahutnya.
“iyalah iya.,, mentang-mentang
Anit ada disana, semangat kali .....” sindir Hendry sambil tersenyum sinis.
Jangankan bersua
dengannya, mendengar nama Anit saja,
Hendra sudah bersemangat. Ya,perempuan itu selama ini telah menjadi magnet bagi
Hendra . ”Ndra pa sih yg kau lihat dari
Anit????”tanya Hendry
“Bagiku Anit adalah wanita yang
super lengkap” sahut Hendra
Perhatian
sorot matanya begitu indah! seksama senyumannya, lepas terurai tanpa beban.
Anit memang dari warga kebanyakan tapi perangai dan santunnya,priyayi. Dan
tutur katanya Anit datang dari keluarga kelompok cendikiawan.
“Kenapa senymu-senyum Ndra????” tanya
hendry.
“Yeee....siapa yang
senyum-senyum...” jawab Hendra ketus.
“ Itu namanya apa donggg,,,,,!!!”
ledek Hendry.
“ Ya,,ya,,ya.. aku ngaku deh..”
sahut Hendra.
***
“Ndra kalau suatu
saat kamu mencari pendamping harus yang baik hati yaa nak”
“Beres bu,,,,”
Menurut Hendra,
Anit tidak hanya baik hati, tapi juga peduli. Cuma sedikitlah perempuan di Jakarta
yang masih memegang adat istiadat seperti Anit.
Tetapi, meski
begitu terkesannya Hendra pada Anit, hingga detik ini Hendra belum pernah
mengeluarkan kata-kata dari mulutnya bahwa dia naksir pada Anit. Banyak
pertimbangannyalah...
Dikampus,
Anit menjadi incaran tiap pria. Sampai- sampai Hendra berkesimpulan, jika ada
lelaki yang tak tertarik pada Anit, harus dipertanyakanlah kejantanannya. Banyak
cowok, baik dari kelempok yang berkecukupan maupun kalangan atas naksir berat
padanya. Tetapi, Anit mengabaikannya saja. “Berteman sih mau tapi kalau yang
lain nanti dululah”.
“Aku
kemari kan mau menuntut ilmu, bukan cari lelaki,”jawab Anit ketika Hendra
bertanya kenapa tak bersedia menjawab permohonan Rangga. Rangga itu anak orang
kaya, orang tuanya pejabat.
Rizki tak
jauh beda. Modal tampang dan kekayaan membuatnya lebih mampu meraih Anit, tapi
lagi-lagi perempuan itu menolak dengan alasan serupa.
“Rangga dan Rizki ditolak, apalagi aku hanya seorang
anak petani yang mencoba merantau ke Jakarta” gumam Hendra dalam hati.
Niatnya sih kuliah, menimbah ilmu
sebanyak-banyaknya dengan modal sedikit-dikitnya. Modal pun tergantung kiriman
dari kampung. Hhh tapi yang namanya suka, gak mungkin di telantarkan begitu
saja.
Di dinding kamar kost Hendra, entah berapa
ratus puisi ia ciptakan untuk Anit. Diransel kumal Hendra, hampir penuh coretan
yang ditujukan untuk Anit. Tetapi yaaa.. itu tadi Hendra membuatnya tanpa
sepengetahuan Anit.
Setiap
kali Hendra bertemu dengan Anit dan berpisah darinya Hendra sering menyesal
karena ia tidak berani mengatakan isi hatinya kepada Anit. Meskipun demikian
Hendra tidak pernah patah semangat untuk menunggu
waktu yang cukup tepat.
***
Itu
sebabnya, ketika Hendry dan Clara mengajak Hendra liburan, Hendra langsung
bilang ke kampung halaman. setelah tahu Anit ikut.
Padahal,
saat yang sama ada acara yang harus ia datangi tetapi ia rela untuk
meninggalkan acara itu hanya untuk Anit.
Sampai di
bandara Polonia Hendra memberanikan diri mendekati Anit. Tetapi, meskipun sudah dekat dengan
Anit tetapi Hendra tidak berani
mengungkapkan isi hatinya pada Anit, lidahnya terasa kaku dan mulutnya
seperti terkunci.
“ Anit, tasmu biar aku aja yang bawa ya,,”kata
Hendra.
“ Ok,,,,, makasih
duluan ya dah bantu aku”sahut Anit
Tak terasa mereka
sudah tiba di Hotel yang ada di Parapat. Begitu kamar sudah dibagi,
“Ndry kita roker
yaa,,” Hendra minta roker dengan Hendry. Hendra minta kamar tepat dekat dengan
kamar Anit
. Ehhhh....begitu
juga dengan Anit, Anit tidak mau sendiri dia ditemani Clara yang kamarnya ada di
depan kamar Hendra dan Hendry.
“ Cocoklah,,,,” gumamHendra.
Meski sebenarnya Hendra sudah merasa lelah, ia
tetap melayani Anit. Semua yang dubutuhkan Anit, mulai dari keperluan seharian
hingga informasi soal pulau samosir, setelah mereka menyeberang dari tuk-tuk ke
tomok, samosir.
Setelah mengelilingi
samosir rombongan mereka menepi. Angin sepoi membelai Anit. Hendra
memperhatikan perempuan molek itu sambil menelan liurnya sendiri.
“Tuhan kau
ciptakan wanita sesempurna Anit tapi
kenapa tak Kau gerakkan hatinya untukku,,,,,” gumam Hendra dalam hati.
Tiba-tiba
angin berhembus makin kencang hingga membuat Anit makin menggigil. Hendry yang
usil meminta Hendra untuk melindungi Ani.
“Ndra sini
dong,,,, “
“Iya Ndra.... disini donk,” ujar Anit
sambil menunjuk kursi tepat di sisinya.
Secepat kilat Hendra pindah kesamping Anit merapati tubuhnya. Anit
bersandar.
“Aduuhh betapa bahagianya hatiku
disandari perempuan pujaan,,,,” gumam Hendra dalam hati.
“Ndra, kok diam saja sih?”
Hendra tersenyum. Jantungnya
berdegub kencang. Kencang sekali. Haruskah kukatakan saat ini, di depan orang
banyak? kalau nanti Anit menolak? Gumam Hendra.
“Sariawan ya, Ndra?”
Hendra masih bungkam dan
gemetaran. Tuhan, turunkan malaikatmu
untuk membuka hati Anit. Tuhan.....
“Atau tak suka aku sandarin !!!”
Hendra menatap Anit dalam-dalam
sambil senyum.
“Sepertinya ada sesuatu ya, Ndra,,,,,,,”
Hendra memberanikan diri
memegang jemari Anit.”Nit ke depan
yuk,,?????” Hendra, mengajak Anit kedepan feri.
“Ayoo ,,,,”jawab Anit
Berdua mereka meniti dinding alat angkut danau tersebut. Kecipak air,
hembusan angin semakin membuat jantung
Hendra berdebar, tapi dia memberanikan diri untuk bicara dengan Anit.
”Anit tak pernah paham perasaan ku, iya. Atau
sengaja menggantungku,iya?”
“maksudnya? “
“Aku menyayangimu.......”
“Maksudnya....?”
“Anit kok mempermainkanku sih?”,
tanya Hendra
“Maksudnya,” jawab Anit sangat serius. Mukanya
jadi ketat.”bukankah selama ini Hendra yang diam dan mendiamkan diri?”
Hendra jadi diam lagi. Jantungnya
gak tahan. Tuhan tolonglah aku. gumam Hendra.
“kok bisu..?”sergap Anit.
Hendra semakin gemetar. Gemetarannya
membuat ia hilang kontrol hingga ia tercebur ke danau.
Hendra tidak pandai berenang tapi masih coba mengapung sambil minta tolong.
Anit berteriak minta tolong hingga nahkodah ikut membantu.
Entah berapa jerigen air danau
yang sudah terminum Hendra. Yang dia tahu tubuhnya direbahkan di lantai dan
perutnya di tekan-tekan Anit. Perempuan itu pula yang memberi Hendra napas
buatan.
***
Malam beranjak dingin. Hendra
melihat Anit ada disisinya. Begitu Anit tahu Hendra sudah siuman dan bisa
diajak ngomong, Anit langsung marah! Anit menuduhkan nekad tapi pengecut.
”Kalau mau mati. kenapa harus di
depan ku?”
Hendra bungkam saja. Sengaja
mulutnya tak mengeluarkan kata-kata.
“Kau bilang apa???? Tanya Anit
kali ini berbisik di telinga Hendra.
Hendra memberanikan diri merangkul
leher Anit hingga tubuhnya terpapar, merapat ke tubuh Hendra. ”Aku
menyayangimu!!”.
Anit tak menjawab tapi dengan gesturenya
membalas rangkulan Hendra,Hendra merasakan hangatnya napas cinta Anit.