Maafkan
Aku dan Jiwaku
“Tring..tring..tringg.”
Bel sekolah pun berdering
pertanda jam pelajaran segera dimulai. Lagi dan lagi, seorang siswa berlari
sekencang mungkin tanpa memperhatikan jalannya, menabrak orang yang ada di
sekitar jalan menuju sekolahnya demi mengejar waktu. Namun, usaha yang
dilakukan tetap saja sia-sia, dia masih saja datang terlambat dan akhirnya
mendapat hukuman lagi. Siapa di sekolah ini yang tidak mengenalnya? Si gadis
cupu yang bloon dan lengkap dengan gaya
yang norak, itu dia Zhivana Flawrensia.
“Astaga. Kenapa
aku ini? Selalu saja begini.” omelnya pada dirinya sendiri.
“Hey, kamu! Tidak
usaha banyak bicara, kerjakan saja hukuman yang diberikan itu dengan baik.
Segeralah selesaikan!” bentak satpam SMA Pelita Harapan.
“Iya, Pak! Ini
jugakan sedang saya selesaikan dan sebentar lagi akan selesai, Pak.” jawabnya
dengan tatapan sinis.
“Baguslah kalau
begitu. Segera selesaikan dan jangan datang terlambat lagi. Bapak sudah bosan
melihatmu selalu datang terlambat dan kena hukuman.” Kata pak satpam padanya.
Setelah
menyelesaikan semua hukuman yang diberikan, akhirnya Zhivana mulai melangkahkan
kakinya menuju ke kelas. Setibanya di depan kelas, dia masih saja berfikir mau
ingin mengetuk pintu atau tidak karena dia tahu bahwa saat itu adalah mata
pelajaran yang paling tidak disukainya yaitu,
Matematika. Dan dengan berani dia pun mengetuk pintunya.
“Tok..tok..tok..”
“Masuuuuuuuuukkkk!!” teriak semua siswa di
kelas itu.
Perlahan-lahan dia
pun melangkahkan kakinya masuk ke kelas dengan kepala merunduk malu. Semua
siswa di kelas itu pun berbisik seakan-akan menertawai apa yang ada pada
dirinya.
“Jangan-jangan
kamu terlambat bangun lagi ya, Vana?” tanya Ibu guru padanya dengan tatapan
sangat kecewa.
“Dia terlambat
karena mengurus rambutnya yang kumal itu, Bu.”sahut salah satu siswa di kelas
itu memotong apa yang akan disampaikannya.
Serentak anak-anak
di kelas itu pun menertawai dan melemparinya dengan kertas.
“Uuuhhhuuuuuuhhh!!” ejek sekelasnya dengan nada yang
menyindir.
“Huussssh!! Sudah anak-anak, jangan bertindak seakan-akan
kalian tidak pernah melakukan hal yang sama sepertinya datang terlambat.” sahut
Bu guru dengan tegas membuat mereka terdiam.
“Begini, Bu. Anuuuu..eeeee…”
katanya sambil bingung ingin mengatakan apa.
“Yasudahlah, kamu
duduk saja dan kita lanjut pelajaran kembali.” potong Bu guru.
Pelajaran pun
dilanjut dan dia berjalan ke bangkunya dengan lesu. Sindiran-sindiran
sekelasnya terus mendatanginya. Duduk terdiam dan mencoba tak menghiraukan
semua desiran angin sindiran yang terus menghampirinya.
Akhirnya, bel pun
berbunyi menandakan pelajaran pun usai untuk hari ini. Memberesi satu persatu
buku yang ada dimejanya. Setelah selesai, dia pun melangkahkan kakinya berjalan
pulang ke rumah. Tanpa disengaja, dia melihat cowok yang disukainya masih
dikelasnya Siapa lagi kalau bukan sang ketua osis, Edward. Diam-diam dia pun
mengintip dari balik pintu sambil memandangi lelaki itu dengan serius.
“Mengapa kamu
begitu keren Edward? Rasanya ingin melihatmu tersenyum padaku walau hanya
sekilas.” gumamnya dengan penuh harap.
Tiba-tiba lelaki
berjalan menuju pintu, Zhivana pun terkaget dan segera menyembunyikan dirinya.
Dan rasa gugup dan deg-degan itu terus saja menyelimuti hatinya. Entah apa yang
harus ia lakukan. Akhirnya Edward pun tak tampak lagi di lorong kelasnya, dia
pun memberanikan diri keluar dari balik tembok lorong kelas itu. Segera dia pun
melangkahkan kakinya keluar dari sekolah dan kembali ke rumah.
“Setidaknya
melihatnya saja membuat hatiku lega untuk hari ini.” katanya dalam hati sambil
tersenyum riang..
Sesampainya di rumah, selalu saja sehabis makan siang dia
mengurung dirinya di kamar dan menghabiskan waktunya dengan membaca novel atau
sejenisnya.Itu selalu terjadi hingga larut malam dia mengurung diri di kamar.
“Mengapaaa? Kenapa
tidak ada yang mau mendengar jeritan hatiku? Aku lelah. Hingga tak seorang pun
yang ingin berteman denganku. Apa yang salah pada diriku?” jeritnya sambil
meneteskan air mata.
“Deng..deng..dengg”
Jam pun
menunjukkan pukul 00.00 dan bunyi jam itu membuat Zhivana terkaget dari
lamunannya. Sepertinya pikiran itu kembali membuatnya insomnia dan tertidur di
meja belajar.
***
Bunyi alarm membangunkanku dari tidur dengan mimpi aneh.
Jam telah menunjukkan pukul 07.00, segera aku berlari ke kamar mandi dan
bersiap-siap ke sekolah. Dan dia juga menyadari bahwa dia pasti akan terlambat
lagi. Dia tetap berusaha untuk tidak telat. Namun, sayang saja dia tetap saja
terlambat dan kembali mendapat hukuman yang seperti biasa di jalaninya
sehari-hari di sekolah.
Setelah
menyelesaikan hukuman, dia pun kembali ke kelas dan mengetahui kelasnya dalam
keadaan sedang free les. Begitu dia menginjakkan kaki di kelasnya, lemparan
tepung pun menjadi santapan lelucon semua teman sekelasnya.
“Hey, gadis culun!
Masih betah saja kau sekolah disini.” kata ketua kelasnya dengan nada
menertawai.
“Kenapaaaaaaa??
Apa salahku pada kalian semua? Kenapa kalian memperlakukanku seperti hewan?”
sahutnya dengan nada kesal.
“Hahaha.. Sadar
diri donk! Kamu itu terlahir dari keluarga broken home dilengkapi dengan wajah
yang culun seperti ini.” jawab ketua kelas padanya.
“Ya, benar. Wajah
culun yang pantas disiksa.” kata seorang dari sudut sana yang mengundang tawa sekelas.
“Ya, kalian semua
benar. Aku ini culun, kumal, bodoh, terlahir dari keluarga broken home. Tapi
apa salahku pada kalian semuaaaaaa?” jawabnya seraya air mata menetes di
pipinya.
“Uuuuhh.. dia
menangis. Bagaimana ini? Kita harus melakukan apa padanya?” sindir temannya
yang sambil memecahkan telur di kepalanya.
Segala penyikasaan
itu pun berakhir disaat bel berbunyi menandakan waktu istirahat tiba. Segera
dia berlari ke kamar mandi dan mengundang mata yang melihatnya sambil tertawa
berbisik-bisik di hadapannya. Dia pun tak peduli dan terus berlari menuju kamar
mandi. Tanpa disengaja, dia pun bertabrakan dengan lelaki yang ia sukai. Namun,
dia tak peduli lagi. Dia hanya berlari terus menerus menuju kamar mandi untuk
membersihkan sekujur tubuhnya. Tanpa dia sadari sebenarnya lelaki itu
memperhatikannya dengan perasaan sakit ketika melihat wanita yang disukainya
terluka. Namun, lelaki itu tidak tahu berbuat apa, lelaki itu sadar juga pernah
melakukan hal yang sama padanya. Pernah menolaknya di depan umum.
Di toilet, dia
hanya bisa memaki-maki dirinyaa itu.
“Kenapa kau
begini? Tidakkah kau bisa membalikkan keadaan? Aku butuh seorang saja
mendengarkanku. Beri aku kekuatan untuk bertahan.” sahutnya dengan deraian air
mata mengalir di pipinya.
Mulai saat itulah
dia menemukan seorang yang bisa mendengar jeritan hatinya itu dengan fikirannya.
Dan mulailah dia bercerita seperti orang gila.
“Apa yang harus
kulakukan? Mereka selalu saja menyiksaku tapa aku tahu aku salah apa. Atau aku
yang merasa tersakiti?” katanya sambil \menangis kemudian tertawa.
“Kenapa kamu tidak
membalas apa yang mereka perbuat padamu? Kamu bisa membuat yang lebih kejam
daripada itu, bukan?” jawab seorang padanya.
“Apa aku perlu
membuat mereka satu persatu ketakutan hingga merasa bahwa mereka dalam keadaan
yang menakutkan?” katanya sambil mulai tersenyum seperti orang gila.
“Ya, benar. Kamu
harus melakukan itu. Kamu harus membuat mereka lebih merasakan sakit dari apa
yang pernah kau rasakan itu.” jawab orang itu lagi padanya dengan girang.
“Ya, kamu benar. Dan aku akan memulainya dari sebuah perubahan penampilan. Akan kubuat mereka kaget
bahwa aku bukan gadis cupu lagi tapi gadis yang mempesona.” katanya dengan tawa
yang keras.
***
Keesokan
paginya, Zhivana merubah penampilannya dengan drastis hingga membuat semua
orang tak mengenalinya. Dan ajaibnya, dia tidak datang terlambat, entah apa
yang bisa membuatnya seperti ini.
“Baiklah,
aku akan mulai dari orang-orang yang pernah menyakitiku.” jelasnya sambil
membuat daftar orang-orang itu.
“Benar.
Kamu sudah melakukan hal yang benar. Itu tidak salah mereka pantas
mendapatkannya.” jawab temannya itu.
Perlahan-lahan
dia telah membeli sebuah boneka dengan uang tabungannya bertahun-tahun. Lalu,
ia merobek-robek boneka itu dan membuat sebuah bercak darah pada boneka itu dan
meletakkannya di atas pintu kelas.
Ketika
sekelompok orang mulai membuka pintu itu, tiba-tiba jatuh boneka tersebut dan
mengagetkan semua orang yang melihatnya. Melihat itu, dia tersenyum sinis
dibalik tembok lorong kelasnya. Tanpa disadari orang-orang di sekelilingnya,
dia berpura-pura datang terlambat seperti tidak tahu apa yang terjadi.
“Hey,
gadis culun! Ini perbuatanmu kan ?
Kau kira dengan merubah penampilanmu, orang akan iba denganmu? TIDAK AKAN!!!”
tegas seorang gadis padanya sambil menarik rambutnya.
“Aku
tidak tahu apa-apa. Kenapa dengan kalian yang menindasku lagi? Aku tidak
berbuat apa-apa.” jawabnya sambil berjalan menuju bangkunya.
“Aaaaaaaaaaa!!!!!”
teriaknya tiba-tiba ketika melihat lacinya berlumuran darah.
Semua
isi kelas pun heboh. Namun tanpa mereka sadari Zhivana tersenyum kemenangan
karena mereka masuk dalam jebakannya. Namun, ada hal yang tiba-tiba aneh
terjadi. lelaki yang disukainya tiba-tiba ada di kelasnya dan menghampirinya.
“Apa
kau tidak apa-apa? Ada
yang terluka? Siapa yang melakukan ini?”kata Edward dengan wajah yang begitu
cemas.
“Oooh..Hmm..
aku tidak apa-apa.” jawabnya dengan wajah bingung dengan apa yang terjadi
sekarang.
“Yasudah.
Bagaimana kalau kamu ke UKS?” tanya Edward padanya.
“Oh,
baiklah.” jawabnya dengan singkat.
Semua gadis-gadis yang mengagumi Edward pun cemburu pada
Zhivana yang mendapatkan perhatian dari cowok idaman di sekolah tersebut
sehingga menimbulkan gosip-gosip yang tidak menyenangkan. Ada yang bilang jika semua itu karna si gadis
culun sudah berubah penampilannya. Gosip itulah yang membuat Zhivana semakin
geram dengan semuanya. Dia pun mengira bahwa gosip itu benar dan Edward juga
harus menerima akibatnya.
Lama kelamaan Edward dan Zhivana semakin dekat. Dan
akhirnya, Edward pun memberanikan dirinya mengungkapkan perasaannya.
“Vana, sebenarnya dari awal aku menyukaimu. Kejadian yang
saat aku menolakmu di depan umum sebenarnya kuakui aku masih malu saat
bersanding denganmu. Namun, setelah kusadari aku salah telah berfikir demikian.
Maafkan aku, Van.” katanya pada Zhivana dengan rasa penyesalan di hati.
“Sudah, lupakan saja semua. Kini semua sudah terbukti
bahwa gosip yang beredar bahwa kau menyukaiku karna perubahan penampilanku
sudah terbukti.” jawabnya dengan tatapan sinis dan berjalan meninggalkan
Edward.
Yang hanya bisa dilakukan Edward hanya terdiam dengan
kata-kata Zhivana yang terngiang di telinga. Tanpa disadari sebenarnya, Zhivana
sudah merekam pembicaraan mereka dan keesokan harinya menyebarluaskan itu untuk
memepermalukan Edward.
Kini semua orang hanya bisa menertawai Edward, dan
mengatakan bahwa Edward munafik atau apalah. Namun, Edward terdiam dan tak
peduli.
‘Terserah pada kalian mau berkata apa karena aku memang
salah tak jujur dengan perasaanku sebenarnya.” bisiknya pelan ketika melewati
semua orang yang menjelekkannya.
Kini semua yang terjadi pada orang yang disakiti Zhivana
mulai membuat Zhivana semakin gila untuk membalas semua rasa sakit yang
dirasanya.
“Bagaimana? Apakah ini sudah memuaskan? Menakuti dan
membuat malu orang yang menyakitiku.”katanya pada temannya
“Kamu bisa membuat hal yang lebih menyakitkan lagi. Kamu
bisaaaa!! Kamu bahkan bisa membunuh orang yang mengatakan kamu broken home.
Buat orang tuanya menangis sampai mereka juga merasakan sakit yang kau rasa”
jawab teman itu.
“Kamu benaaaaar!!” sahutnya dengan tawa menggila.
Ketika kembali ke kelas, seorang teman sekelas itu
menarik rambut Zhivana dan mencekik lehernya dan dia tahu kalau selama ini yang
menakut-nakuti kelas ini adalah dia.
“KAAAUUU!! Beraninya kau menakuti kami sekelas ini. Kau
kira kau sudah hebat?!” bentaknya pada Zhivana sambil melempar tas Zhivana yang
berisi boneka dan sekantung darah.
Zhivana hanya membalasnya dengan senyuman tawa.
“Beraninya kau masih tertawa disini.” Kata seorang lagi
padanya.
Tanpa
basa-basi pisau yang sudah ada di kantung Zhivana segera ia keluarkan dan ia
menusuk gadis yang mencekiknya itu. Semua orang kaget dengan perbuatan Zhivana
dan segera melaporkan kepada guru. Dan karena kesalahan yang dilakukannya dia
pun mendapat hukuman untuk dikeluarkan dari sekolah. Dan untung saja teman yang
ia tusuk itu masih bisa bertahan hidup.
“Kenaaaapaaa?
Kau memberiku saran untuk berbuat pa yang seharusnya tidak kulakukan? Kenapaa?
Jawab akuuu!” katanya sambil membenturkan kepalanya ke dinding.
“Aku
adalah kamu. Aku adalah pikiranmu yang penuh dengan dendam. Aku datang padamu
ketika kamu diselimuti dendam itu.” Jawabnya.
“Benaaar,
Ini semua salaahku yang tak bisa menyelesaikan semuanya dengan baik. Seharusnya
aku punya cara lain untuk mengatasinya. Seharusnya aku percaya ini semua cobaan
yang akan membuatku kuat dan membuatku berdiri kokoh nantinya. Maaafkan akuu .”
ucapnya sambil beruraian air mata.
***
Sebelum
pergi menjauh ke desa, Zhivana menuliskan sebuah pucuk surat kepada semua temannya satu persatu
dengan isi yang sama,
“Aku
dan jiwaku berbuat hal yang tidak seharusnya kulakukan. Membalas dendam yang
kini membuatku dalam penyesalan. Seharusnya aku percaya pada kalian bahwa
kalian memperlakukanku seperti itu untuk membuatku lebih tegar dan kuat
menghadapi segala kekurangan hidupku ini. Aku bukanlah orang yang tersakiti
sebenarnya tapi aku adalah orang yang beruntung dapat merasakan segala perasaan
yang ada baik itu cinta dan kesakitan. Aku dan jiwaku hanya bisa berkata TERIMA
KASIH mengajarkanku menjadi pribadi yang tahu bahwa semuanya cobaan itu indah
ketika kita diharusnya KUAT menghadapinya dan itulah yang menjadikan kita
pribadi yang LUAR BIASA. Maafkan aku dan jiwaku yang dipenuhi dendam itu. Kini
aku akan mencoba menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Berhagialah buat teman
semua. Love you all ”
Demikianlah
surat yang
ditujukannya Zhivana pada semua temannya yang mengundang dercak penyesalan,
kagum dan bahagia padanya serta tangisan saat membacanya.
Namun
ada sebuah surat
special lagi ditujukkanny khusus untuk Edward berisi,
“Terima
kasih memberiku ketulusan cintamu, yang tak membalas apa yang kuperbuat saat
mempermalukanmu. Itulah namanya ketulusan. Terima kasih mengajarkanku
segalanya. Temukanlah wanita yang mencintai ketulusanmu maka ia akan membuatmu
bahagia. Aku akan turut serta melihat kebahagiaanmu nantinya. Semangaat!!
Maafkan aku dan jiwaku ini yang tak bisa memberimu ketulusan.. berbahagialah
maka sekitarmu akan berbahagia..”
“Kamulah
yang pantas bahagia disana karena kamu mengajarkanku apa artinya kejujuran pada
perasaan sendiri. Terima kasih. Aku akan selalu mengenangmu..”